Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal suka blak-blakan mengatakan ada seorang calon presiden (capres) yang dalam test psikologis-nya terbaca tidak konsisten (suka berbohong).
"Sudah ada yang tahu hasil pemeriksaan dokter RSPAD? Ada seorang capres
yang dalam test psikologis-nya terbaca tidak konsisten (suka
berbohong)," papar Fahri Hamzah lewat akun twitternya (30/5).
"Tapi ada capres yang memiliki sifat konsisten dan memiliki IQ sangat tinggi," lanjut Fahri.
Apakah data yang dipaparkan Fahri Hamzah ini
benar? Untuk menjawab keraguan itu Fahri meminta KPU sebagai pihak
penyelenggaran Tes Kesehatan Capres dan Cawapres untuk mempublikasikan
hasil tesnya ke publik agar masyarakat memiliki informasi dan data yang
lebih lengkap mengenai calon pemimpinnya.
"Kalau tidak percaya, kita minta KPU buka hasil pemeriksaan selama 6 - 9 jam itu. Penting!" ungkap Fahri.
Menurut Fahri kepada pers di Jakarta,
Ahad (1/6), meskipun data kesehatan termasuk data pribadi yang bersifat
rahasia, namun karena diperlukan untuk bahan penilaian terhadap calon
pemimpin bangsa, maka perlu dibuka.
"Saya kira harus dibuka hasilnya supaya rakyat tahu kayak
apa sih tingkat kecerdasan, kecakapan, kejujuran dan tingkat komitmen
capres yang akan dipilihnya," katanya seperti yang diberitakan republika
online.
Dia mengatakan, orang
yang mau masuk pegawai perusahaan saja harus mau diperiksa tes
kesehatannya dan pemilik perusahaan berhak menolak kalau terbukti secara
kesehatan baik fisik maupun rohani tidak sesuai dengan kriteria
kebutuhan perusahaan. "Rakyat harusnya juga diberi tahu, kalau memang
mau menerima kekurangan ya itu terserah rakyat sendiri," kata Fahri
Hamzah.
Ketika ditanya apakah Prabowo setuju hasil tes psikologinya diumumkan,
sambil tertawa, Fahri langsung menukas, "Bila tujuannya untuk
mendapatkan pemimpin yang baik, rakyat tahu karakter pemimpinnya, kenapa
tidak? Makanya saya ajukan usulan ini supaya rakyat tidak salah memilih
pemimpin. 'Kan hasil tesnya bisa digunakan untuk lakukan penilaian,"
katanya.
Yang paling penting diketahui oleh publik, menurut Fahri, adalah hasil
tes psikologi karena dengan mengetahui hasil tes psikologi, rakyat yang
akan memilih akan tahu seperti apa konsistensi capres, kemantapan hati,
kecerdasan, motivasi dan alasan yang mendorongnya menjadi calon
presiden.
"Calon presiden harus mau membuka hal ini karena ini seharusnya kalau
mau jadi presiden rakyat harus diberi tahu rahasia pribadi seperti hasil
psikotes sekalipun. Ini sebenarnya masuk ke informasi publik harusnya
bisa diperoleh masyarakat karena yang termasuk informasi publik itu
kalau urgensinya menentukan kehidupan publik atau masyarakat. Masa' kita
gak boleh tahu kalau capresnya punya kelainan," katanya.
Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres,
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Berdasarkan
pengundian nomor urut di KPU pada Minggu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
mendapat nomor urut 1, sedangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla nomor urut dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar